Kamis, 29 Maret 2012

Alquran dan 'Membaca'


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Ayat di atas mungkin sudah cukup kita kenal sebagai lima ayat Al-Qur’an yang pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang menarik dan perlu kita perhatikan adalah bagaimana wahyu yang pertama kali diturunkan menyerukan suruhan untuk membaca. Hal ini menunjukan bagaimana membaca memiliki sebuah nilai yang sangat penting.

Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki budaya membaca

Membaca merupakan pintu untuk menyelami khazanah keilmuan. Dengan banyak membaca seseorang akan menjadi lebih banyak memiliki pengetahuan. Dan dengan pengetahuan tersebut, seseorang atau sebuah bangsa dapat mengembangkan dirinya.

Pernyataan, bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki budaya membaca, bukanlah suatu omong kosong belaka, tetapi merupakan sebuah pernyataan yang cukup tebukti. Coba kita tengok Negara Jepang, sudah kita ketahui bersama bahwa penduduk Jepang sangat gemar membaca, bahkan di kereta atau di transportasi umum lain, sebagian besar penumpang membaca. Dan saat ini, Jepang menjadi salah satu Negara dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Dan apabila kita menelusuri sejarah islam, capaian  masa kejayaan islam, baik secara fisik maupun ilmu pengetahuan, tidak dapat dilepaskan dari budaya membaca para pemeluknya. Setidaknya hal ini terbukti dari banyaknya perpustakaan keilmuan yang ada. Sebut saja bayt al hikmah, Al haidariyah, dan Daar al hikmah yang merupakan perpustakan dengan berbagai macam koleksi buku ilmu pengetahuan.

Membaca dan mengamalkan

Berbicara mengenai membaca bukan hanya berbicara mengenai proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan semata. Namun, berbicara pula mengenai bagaimana kita mempertanggungjawabkan ilmu pengetahuan tersebut, mengenai pengamalannya dan dampak dari ilmu pengetahuan tersebut terhadap diri kita. Hal inilah yang dilakukan oleh para ilmuan islam masa lampau, bagaimana mereka membaca lantas berkarya, sebut saja Ibnu Sina, yang membaca dan telah menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan pada usia 18 tahun, dan kemudian, menulis berbagai karya besar di bidang kedokteran dan falsafah.

Apa yang harus kita utamakan untuk dibaca

Telah menceritakan kepadaku dari Malik telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi.” (al-hadist)

Tentu keduanyalah yang harus selalu kita utamakan untuk dibaca, dan kemudian menjadi pegangan hidup kita.

Maka jikalau ingin melihat islam kembali memeluk kejayaan, mari kita membaca, menyerap ilmu pengetahuan yang terkandung dalam apa yang kita baca, dan kemudian mengamalkannya karena membaca seiring dengan apa yang telah termaktub dalam Al-Quran. Tapi jangan lupa bacaan apa yang harus kita utamakan, Al-quran dan Assunnah.. :)

Allahu A’lam  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar