Kamis, 31 Mei 2012

Tentang langkah itu…

Tentang langkah itu…

Semua tentang mimpi, tentang sesuatu yang ingin dicapai, dan tentang langkah pencapaiannya. Gua yakin, semua orang telah bersepakat bahwa mimpi harus diusahakan untuk direalisasikan, bahkan dengan berbagai pengorbanan, harta maupun jiwa. Hal itupun yang ingin gua lakukan. Mengejar mimpi orang bilang.

Ketika orang bertanya, apa mimpi lu? Maka hal yang pertama terpikir adalah: gua ingin jadi pengusaha. Kerja untuk diri sendiri, dan banyak mempekerjakan orang lain. Dari sebagian hasil usaha, gua inginnya membangun ‘peradaban’ melalui lembaga sosial yang bersih, yang salamah, lahir maupun batin. Pikiran kedua yang terlintas, gua ingin jadi pengembara. Mengembara menuju pelosok-pelosok Indonesia, bahkan dunia. Ingin tahu banyak hal tentang kehidupan, tentang ribuan pemikiran, tentang penderitan, atau hal-hal berbau kesenangan. Lantas menuliskan hasilnya, paragraph demi paraghrap, dan semoga menjadi paragraph-paragraph hikmah yang menggugah hati-hati pembacanya. Pikiran yang ketiga: gua ingin bergelut dikancah penentuan kebijaksanaan publik. Jadi bagian daripada orang-orang aneh, yang rela menggadaikan waktunya demi banyak orang. Jadi bagian dari pemenangan satu golongan, jadi bagian dari kemenangan yang sebenarnya telah dipastikan. Dan hal terakhir yang terpikir adalah: gua ingin jadi guru. Jadi pahlawan tanpa tanda jasa orang bilang. Jadi bagian dari pendidik penerus generasi bangsa, jadi inspirator, jadi motivator. Bagaimanapun, menurut gua, mimpi untuk menjadi guru atau pendidik adalah mimpi yang sangat mulia. Tentu bukan sekedar guru, tapi mereka yang memang melakukan transfer value sekaligus, dari hanya melakukan transfer knowledge.

Tapi….

Untuk jadi pengusaha bukan hanya modal yang kita butuhkan, melainkan relasi, kemampuan, kepercayaan harus pula kita punya. Sedangkan, kesemuanya belum gua punya saat ini. Terlebih kepercayaan diri sendiri belum ada, pun kepercayaan dari orang-orang terdekat, karena kami tidak terlahir dengan mental pengusaha. Maka, perlu banyak waktu untuk ini semua.

Untuk jadi seorang pengembara atau petualang pun butuh banyak modal, butuh kekuatan mental yang harus disiapkan. Mental sih ada, tapi modal? Nampaknya belum terpikirkan dapat dari mana dan bagaimana cara memanfaatkannya dengan baik agar perjalanan tidak sia-sia.
Nah, yang selanjutnya adalah mimpi yang paling bisa untuk direalisasikan. Atau setidaknya diusahakan untuk direalisasikan.

Bukannya….

Bukannya dengan keberadaan lu di tempat sekarang kesemuanya juga bisa lu realisasikan? Memang bisa kawan, tapi gua ingin sesuatu yang bernilai lebih. Yang benar-benar, setidaknya menurut gua, merupakan usaha gua yang paling maksimal untuk merealisasikan mimpi-mimpi gua, sebelum akhirnya gua bertawakal, kalo saja memang harus tetap di tempat ini.

Ampuni hamba-Mu ini Ya Allah, yang senantiasa tak puas dengan pencapaian yang ada. Yang senantiasa ingin merasakan hal lain, daripada sekadar hal yang telah diberikan…..
Kabulkanlah do’a-do’a hamba-Mu ini Ya Allah, terutama tentang perihal mimpi, jadikanlah mimpi-mimpi itu baik dihadapan-Mu, mimpi yang mengantarkan hamba-Mu ini menuju keridhaan-Mu….

   



Kamis, 24 Mei 2012

Toleransi, Ukhuwah, dan Premanisme


Toleransi dan Ukhuwah sebagai Solusi Premanisme
Faiz Fadhlih Muhammad, 1106069216


Premanisme merupakan sebuah istilah yang tak asing kita dengar, sebuah istilah yang biasanya diidentikan dengan tindak kekerasan dan kriminalitas. Menurut kamus bahasa Indonesia preman diartikan sebagai sebutan kepada orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dsb). Menurut Wikipedia, premanisme adalah sebutan pejoratif yang sering digunakan untuk merujuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat lain. Secara lebih luas premanisme dapat diartikan sebagai sifat-sifat seseorang atau kelompok yang melakukan tindak kekerasan dan kejahatan.

Dalam konteks ekonomi, premanisme mulai muncul di Indonesia ketika keadaan ekonomi menjadi sulit, dan di sisi lain lapangan pekerjaan semakin sempit. Pola pikir masyarakat yang instan, yang menghalalkan segala cara demi mendapat uang, mungkin menjadi faktor utama tindakan premanisme.

Dalam konteks kepranataan sosial, premanisme selain karena keadaan ekonomi, beberapa hal yang menyebabkan tindak anarkis atau kriminalitas juga disebabkan oleh faktor SARA (Suku, Agama, Ras). Pada keadaan ketika satu golongan diacuhkan atau dicemooh oleh golongan lain, maka tidak jarang terjadi konflik antar golongan. Bahkan ketika golongan tersebut seagama. Atau dalam kasus lain, ketika kaum mayoritas, baik itu secara suku, ras, atau agama, melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji kepada kaum minoritas. Lemahnya rasa toleransi dan ukhuwah atau persaudaraan mungkin merupakan penyebab mengapa hal ini terjadi.

Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Akan tetapi, toleransi bukan berarti membenarkan pendapat orang tersebut, melainkan mengakui hak orang tersebut untuk mengeluarkan pendapat. Bertoleransi bukan pula membiarkan seseorang berpendapat sebebas-bebasnya tanpa landasan dan mengacak-acak apa yang telah menjadi pendirian kita. Hal ini berarti bahwa setiap individu haruslah bertoleransi terhadap individu yang lain, dan berkomitmen untuk tidak saling mengusik.

Sedangkan ukhuwah islamiyyah, ukhuwah islamiyyah merupakan sebuah ikatan persaudaraan yang dibangun atas dasar kesamaan iman dan akidah. Ukhuwah islamiyyah memiliki derajat yang lebih tinggi sekalipun dibandingkan dengan ikatan darah atau keturunan. Namun sayangnya beberapa umat islam seringkali bersitegang dengan umat islam lainnya. Persitegangan yang seringkali diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan pandangan atas suatu hukum tertentu yang sebenarnya benar menurut penuturan ayat atau hadist yang lainnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, selain meningkatkan pemahaman kita akan suatu hukum agama, meningkatkan rasa ukhuwah islamiyah pun merupakan sebuah pilihan yang sangat baik, karena, ukhuwah islamiyah pada dasarnya akan mengarahkan kita kepada ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), ta’awun (saling menolong), dan takaful (saling menunjang). 

Singkatnya untuk menghindari sebuah premanisme yang diakibatkan oleh konflik atau gejolak sosial yang berkaitan dengan SARA maka sikap toleransi atau saling menghargai dan sikap ukhuwah islamiyah adalah salah satu solusinya. Toleransi sebagai bentukan universal untuk setiap dan antar ras, suku maupun agama. Ukhuwah islamiyah sebagai bentukan yang diperuntukan bagi umat islam dalam menyikapi perbedaan pandangannya.

Referensi:
Anneahira.com
Google.com
Wikipedia.com

Hedonisme


Hedonisme
Faiz Fadhlih Muhammad, 1106069216


Pengertian Hedonisme

Secara bahasa hedonisme berasal dari Bahasa Yunani, yaitu, hedone yang artinya kesenangan. Hedonisme adalah pandangan hidup atau pola pikir yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan hidup yang paling utama. Hedonisme menganggap bahwa kebaikan dalam hidup hanya dapat didapat dengan cara mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Atas pemikiran yang seperti ini, kebanyakan orang yang memiliki faham seperti ini akan mengejar materi dan kemudian menghabiskannya untuk kesenangan nafsunya semata. Selain mengagungkan materi, orang-orang seperti ini juga akan mengagungkan dengan seagung-agungnya yang namanya kebebasan pribadi.
   
Faktor-faktor Penyebab Hedonisme

Adapun faktor-faktor penyebab hedonisme dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu, faktor internal dan factor eksternal. Factor internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Sedangkan factor eksternal bisa juga disebut sebagai factor lingkungan.

Telah menjadi sifat dasar manusia untuk mendapatkan sesuatu sebanyak-banyaknya dengan kerja yang seringan-ringannya. Sifat dasar yang lain adalah rasa tidak puas manusia yang tidak berujung. Hal inilah yang kemudian menjadikan manusia sebagai makhluk yang serakah dan cenderung materialistik. Kecenderungan inilah, yang apabila tidak dikendalikan dengan baik akan menyebabkan prilaku konsumerisme, yang berujung kemudian kepada hedonisme. Tetapi, sifat dasar manusia yang seperti di atas sebenarnya dan seharusnya dapat dibatasi, apabila manusia itu sadar mengenai apa kewajiban utamanya ada di dunia, yaitu, beribadah kepada Allah. Artinya, yang menjadi penyebab internal hedonisme yang paling pokok adalah lemahnya keimanan dan pengetahuan agama seseorang.   

Adapun factor eksternal penyebab hedonisme yang paling utama adalah arus westernisasi atau globalisasi informasi. Tidak dapat kita pungkiri bahwasannya saat ini kita tidak dapat terlepas dari media informasi, baik itu televisi, koran, majalah, maupun internet. Media inilah yang menyebabkan arus informasi mengalir begitu derasnya, dalan artian, informasi yang ada di satu belahan dunia dapat pula dinikmati di belahan dunia lainnya.

Dalam media informasi tak jarang ditampilkan berbagai macam kebudayaan maupun gaya hidup dari belahan dunia lainnya, terlebih eropa dan Amerika Serikat. Sedangkan, kebanyakan orang di sana merupakan orang-orang yang berfaham bebas dan sangat mengagungkan materi. Hal inilah yang kemudian ditularkan ke masyarakat-masyarakat dunia yang lain, khususnya Indonesia, padahal masyarakat Indonesia memiliki perbedaan budaya, yang kemudian menyebabkan akulturasi atau bahkan merusak budaya Indonesia dan digantikan dengan budaya bersenang-senang atau hedonisme. 

Akibat Hedonisme

Setidaknya ada empat hal yang dapat disebabkan dari perilaku hedonisme, yaitu, individualistis, materialistis, seks bebas, dan mentalitas instan. Rasa individualistis merupakan rasa yang mengedepankan kebebasan pribadi dan kelompoknya dan cenderung tidak menghiraukan orang lain. Orang-orang yang individualistis cenderung tidak percaya bahwa melibatkan dirinya dalam fungsi kemasyarakatan akan menyebabkan dirinya bahagia. Rasa materialistis adalah rasa dimana seseorang akan mencari materi atau kekayaan sebanyak-banyaknya dan tanpa memikirkan dari mana itu semua berasal. Orang-orang materialistis cenderung berusaha mencari materi atau uang untuk digunakan memuaskan nafsunya akan sesuatu benda atau hal yang menurutnya berharga. Seks bebas adalah prilaku seks yang menyimpang, di mana seseorang dapat melakukannya dengan siapa saja yang sefaham. Orang-orang semacam ini menganggap bahwa seks hanyalah pemuas nafsu belaka. Mentalitas instan singkatnya adalah ketika seseorang beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan atau masalah yang mereka hadapi, dalam konteks hedonisme, dapat diselesaikan hanya dengan uang atau materi.  


Sumber:
http://chapunk-majesty.blogspot.com/2009/02/akibat-akibat-hedonisme.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme