Menarik membaca pemaparan Mohamad Sobary dalam tulisannya
yang berjudul “Tokoh-Tokoh Tanpa Sejarah” yang dimuat di Koran Sindo, 17 Februari kemarin. Di tulisannya itu, Sobary
sedikitnya menyayangkan satu hal, yaitu perekrutan caleg partai politik yang
tidak jelas asal usulnya, tidak jelas track
record pendidikan politiknya, tidak jelas warnanya, atau, sebagaimana
judul, tidak jelas sejarahnya. Hal ini tercermin dari pertanyaan Sobary, yang
berbunyi: “Mengapa tokoh yang tidak jelas sejarahnya dijadikan tokoh dan
ditaruh di barisan paling depan dalam urusan politik?”, yang kemudian
dilanjutnya dengan, “Partai politik harus (nya) lebih serius, lebih punya harga
diri”. Adapun, mereka yang tergolong kategori tokoh yang tidak jelas menurut
Sobary di antaranya ialah: penyanyi dangdut, pemain sinetron, dan pelawak.
Satu hal yang memang sangat disayangkan, mengingat partai
politik adalah salah satu pemain penting di alam demokrasi, di alam pemerintah
yang dilaksanakan dari, oleh, dan untuk rakyat, yang salah salah satu tugas
pentingnya adalah melakukan kaderarisasi, dalam hal menyediakan pilihan-pilihan
calon wakil rakyat terbaik yang siap melaksanakan amanah rakyat. Tentu yang
terbaik bukanlah meraka yang hanya memiliki popularitas, tapi mereka yang
memiliki pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni, juga yang terpenting teruji
integritas dan kecintaannya terhadap Indonesia.
Lantas, kemudian saya berpikir, mungkin, implikasi besar
dari kasus ini adalah Indonesia yang stagnan saja proses perbaikannya,
Indonesia yang begini-begini saja. Sedangkan, beberapa implikasi (yang lebih)
kecil dari kasus ini adalah meningkatnya angka ketidakpercayaan masyarakat pada
lembaga negara (khususnya DPR), menurunnya angka partisipasi politik (khususnya
pada pemilu), kinerja lembaga negara yang tidak optimal, banyaknya pelanggaran
hukum dan penyelewangan yang dilakukan oleh pemerintah, dan lainnya, yang
mendukung atau menjadi faktor dari implikasi besar.
Terakhir, dari kalimat Sobary, “Partai politik harus
(nya) lebih serius, lebih punya harga diri”, saya ingin mengartikannya sebagai,
bahwa partai yang merekrut dan menawarkan pilihan caleg yang tidak jelas
“sejarah”-nya bukanlah partai serius, bukanlah partai yang punya harga diri.
Jangan dipilih!
Sebuah
renungan senja hari....
Depok,
19 Februari 2013
Faiz
Fadhlih Muhammad (@faizfadhlih)