Sabtu, 01 Juni 2013

Banten dalam Puisi

#1
Kampung Malang

Dulu, sekarang, dan nanti
Kita terlahir, bertumbuh, dan mati
Di tempat ini

Entah...
Berapa jengkal tanah telah kita pijak
Berapa liter air telah kita ciduk
Berapa butir nasi telah kita makan
Bersumber dan bertumbuh di tempat ini

Apa balasnya?

Kita melompat dan melupa
Kita berlari dan menjauh


Adapun ingat...

Kita terjebak!
Dalam ingar bingar kolusi dan korupsi

Ampun!

Itu mungkin sudah nasibmu wahai kampung yang malang

#2
Buai

Dalam dekapmu kini aku terbuai
Puas nian, menikmati inci demi inci keindahanmu, kemolekanmu
Bagian atas yang menjulang pun bawah yang melandai
Dibuaibuai pula rasa, oleh desir angin dan percik basahmu

Ah, Oh, Bantenku...

Atas nama gunung, bukit, hutan, pantai , dan lautmu
Yang indah, cantik nian tiada tara

Bagaimana keadaanmu nanti?
Yang menua dan merenta

Semoga, ...

Semoga saja aku sadar dan mampu menjagamu
Kelembutan, keindahan, kecantikanmu
Enyah itu tua, enyah itu renta
Biar kau muda sampai cucucucuku renta

Depok, 31 Juni 2013

#1
Serang

Diamdiam aku mengintaimu
Memerhati setiap rubah bentuk tubuhmu
Sembulmenyembul satu per satu

Ah, dulu tempat ini rata
Kini tak lagi...
Entah apa itu yang muncul satu dua

Ku kira kau mengerti...

Bagaimana rasamu?
Meras cantik?
Atau tersiksa intaian matamata?

Kini memang orang mengintaimu
Mengamati setiap lekuk tubuhmu
Serta...
Mungkin...
Cobacoba ambil kesempatan untuk turut menjamahmu
Demi nafsu dan keterlipatan kepuasan

Serang.... Kotamu bukan kotaku

Serang yang tak lagi serang sekarang
Sawah yang tak lagi sawah...

#2
KAU!!!!

Sebentar aku kagum
Pada sosok cantik itu

Kau!

Yang duduk di singgasana rakyat
Yang berkibas uang rakyat

Atas sejumput keberanian dan keberhasilan usahamu

Sebentar saja

Sekarang?
Rumput yang bergoyang pun tahu akal bulusmu

Biarlah...

Biarlah waktu yang menjawab
Dan Kau?!

Tertumpas!!

Depok, 1 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar