#1
Kampung Malang
Dulu, sekarang, dan nanti
Kita terlahir, bertumbuh, dan mati
Di tempat ini
Entah...
Berapa jengkal tanah telah kita pijak
Berapa liter air telah kita ciduk
Berapa butir nasi telah kita makan
Bersumber dan bertumbuh di tempat ini
Apa balasnya?
Kita melompat dan melupa
Kita berlari dan menjauh
Adapun ingat...
Kita terjebak!
Dalam ingar bingar kolusi dan korupsi
Ampun!
Itu mungkin sudah nasibmu wahai kampung yang malang
#2
Buai
Dalam dekapmu kini aku terbuai
Puas nian, menikmati inci demi inci keindahanmu, kemolekanmu
Bagian atas yang menjulang pun bawah yang melandai
Dibuaibuai pula rasa, oleh desir angin dan percik basahmu
Ah, Oh, Bantenku...
Atas nama gunung, bukit, hutan, pantai , dan lautmu
Yang indah, cantik nian tiada tara
Bagaimana keadaanmu nanti?
Yang menua dan merenta
Semoga, ...
Semoga saja aku sadar dan mampu menjagamu
Kelembutan, keindahan, kecantikanmu
Enyah itu tua, enyah itu renta
Biar kau muda sampai cucucucuku renta
Depok, 31 Juni 2013
#1
Serang
Diamdiam aku mengintaimu
Memerhati setiap rubah bentuk tubuhmu
Sembulmenyembul satu per satu
Ah, dulu tempat ini rata
Kini tak lagi...
Entah apa itu yang muncul satu dua
Ku kira kau mengerti...
Bagaimana rasamu?
Meras cantik?
Atau tersiksa intaian matamata?
Kini memang orang mengintaimu
Mengamati setiap lekuk tubuhmu
Serta...
Mungkin...
Cobacoba ambil kesempatan untuk turut menjamahmu
Demi nafsu dan keterlipatan kepuasan
Serang.... Kotamu bukan kotaku
Serang yang tak lagi serang sekarang
Sawah yang tak lagi sawah...
#2
KAU!!!!
Sebentar aku kagum
Pada sosok cantik itu
Kau!
Yang duduk di singgasana rakyat
Yang berkibas uang rakyat
Atas sejumput keberanian dan keberhasilan usahamu
Sebentar saja
Sekarang?
Rumput yang bergoyang pun tahu akal bulusmu
Biarlah...
Biarlah waktu yang menjawab
Dan Kau?!
Tertumpas!!
Depok, 1 Juni 2013
Kampung Malang
Dulu, sekarang, dan nanti
Kita terlahir, bertumbuh, dan mati
Di tempat ini
Entah...
Berapa jengkal tanah telah kita pijak
Berapa liter air telah kita ciduk
Berapa butir nasi telah kita makan
Bersumber dan bertumbuh di tempat ini
Apa balasnya?
Kita melompat dan melupa
Kita berlari dan menjauh
Adapun ingat...
Kita terjebak!
Dalam ingar bingar kolusi dan korupsi
Ampun!
Itu mungkin sudah nasibmu wahai kampung yang malang
#2
Buai
Dalam dekapmu kini aku terbuai
Puas nian, menikmati inci demi inci keindahanmu, kemolekanmu
Bagian atas yang menjulang pun bawah yang melandai
Dibuaibuai pula rasa, oleh desir angin dan percik basahmu
Ah, Oh, Bantenku...
Atas nama gunung, bukit, hutan, pantai , dan lautmu
Yang indah, cantik nian tiada tara
Bagaimana keadaanmu nanti?
Yang menua dan merenta
Semoga, ...
Semoga saja aku sadar dan mampu menjagamu
Kelembutan, keindahan, kecantikanmu
Enyah itu tua, enyah itu renta
Biar kau muda sampai cucucucuku renta
Depok, 31 Juni 2013
#1
Serang
Diamdiam aku mengintaimu
Memerhati setiap rubah bentuk tubuhmu
Sembulmenyembul satu per satu
Ah, dulu tempat ini rata
Kini tak lagi...
Entah apa itu yang muncul satu dua
Ku kira kau mengerti...
Bagaimana rasamu?
Meras cantik?
Atau tersiksa intaian matamata?
Kini memang orang mengintaimu
Mengamati setiap lekuk tubuhmu
Serta...
Mungkin...
Cobacoba ambil kesempatan untuk turut menjamahmu
Demi nafsu dan keterlipatan kepuasan
Serang.... Kotamu bukan kotaku
Serang yang tak lagi serang sekarang
Sawah yang tak lagi sawah...
#2
KAU!!!!
Sebentar aku kagum
Pada sosok cantik itu
Kau!
Yang duduk di singgasana rakyat
Yang berkibas uang rakyat
Atas sejumput keberanian dan keberhasilan usahamu
Sebentar saja
Sekarang?
Rumput yang bergoyang pun tahu akal bulusmu
Biarlah...
Biarlah waktu yang menjawab
Dan Kau?!
Tertumpas!!
Depok, 1 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar