Minggu, 30 Desember 2012

Manage Your Mind For Success (A Book Resume)

http://www.keeleys.co.uk/images/chart.gif

Buku Manage Your Mind For Success merupakan tulisan dari Adi W. Gunawan, seorang trainer dan ahli dalam pengembangan potensi manusia.


Berbicara mengenai kesuksesan, sering kali kesuksesan itu dikaitkan dengan latar belakang seseorang. Hal ini pada akhirnya akan berimplikasi pada pernyataan bahwa, seseorang akan menjadi sukses jika memang memiliki latar belakang yang menunjangnya untuk menjadi sukses. Sedangkan, mereka yang tidak memiliki latar belakang yang menunjang untuk sukses akan tetap terkungkung pada ketidaksuksesan. Adapun latar belakang yang biasanya dijadikan alasan untuk itu antara lain: keturunan, pendidikan, keberuntungan, nasib, zodiac, jenis kelamin, hari lahir, usia, dan kesehatan. Pemikiran mengenai kesuksesan atau ketidaksuksesan (utamanya ketidaksuksesan) yang berkaitan dengan latar belakang itu disebut oleh Adi W. Gunawan sebagai penjara mental. Penjara mental inilah yang kemudian sesungguhnya mengantarkan seseorang kepada ketidaksuksesan yang oleh seseorang itu dipikirkan. Sehingga, konsekuensi logisnya adalah kesuksesan dapat dicapai dengan melawan penjara mental tersebut. 

Konsep yang menyatakan bahwa penjara mental berpengaruh besar pada ketidaksuksesan seseorang, berdasar pada pernyataan bahwa pemikiran manusia berpengaruh besar pada kehidupannya. Pemikiran akan mempengaruhi konsep diri dan kepercayaan diri seseorang dalam mejalani kehidupannya. Adapun konsep diri diartikan oleh Adi sebagai: persepsi atau pandangan seseorang terhadap dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan, dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang dianggap penting, yang akan mempengaruhi pikiran, ucapan, perlakuan, dan perasaan orang tersebut. Sedangkan, kepercayaan diri diartikan Adi sebagai: suatu bentuk pikiran dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan kekuatan bawah sadar orang tersebut terdistribusi ke dalam seluruh hidupnya sesuai dengan kebiasaannya yang mana kepercayaan akan mendukung atau menghambat kemajuan diri kita. Maka, untuk menjadi sukses setidaknya yang harus kita punya adalah konsep diri dan kepercayaan diri yang mendukung kita untuk sukses. Berpikir bahwa kita dapat sukses, dan berlaku yang menunjang kita untuk dapat meraih kesuksesan tersebut.

Seperti disebutkan, untuk sukses yang diperlukan adalah mempunyai konsep diri dan kepercayaan diri yang baik atau positif. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangun konsep diri positif diantaranya: menuliskan kisah sukses kita di masa lalu, mengumpulkan dan meletakan simbol sukses kita di tempat yang dapat sering kita liat, memvisualisasikan diri menjadi orang yang diinginkan di masa depan, dan menetapkan tujuan-tujuan tertentu yang menantang tapi tidak sulit untuk dicapai (barang tentu berusaha juga mencapainya). Adapun kepercayaan diri positif akan terbangun secara otomatis seiring dengan perkembangan positif konsep diri seseorang.

Konsep diri dan kepercayaan diri adalah pikiran kita dalam hal melangkah untuk mencapai kesuksesan, maka, satu hal yang diperlukan juga adalah pemaknaan mengenai kesuksesan itu sendiri, atau mimpi. Dalam bermimpi, menurut Adi, setidaknya ada enam syaratnya, yaitu: menuliskannya, SMART (Specific, measurable, achievable, reality based, trackable), seimbang, memiliki alasan emosinal, memiliki batas waktu, dan diingat setiap hari. Adapun yang harus kita jadikan blue print kita, menurut Adi, mencakup masalah financial, bisnis-karier, keluarga, perkembangan diri, petualangan/wisata, sosial, materi, dan spiritual.

Sekian semoga bermanfaat

Senin, 29 Oktober 2012

Sahabat Sekolah: Misi Kami, Hanya Mengajak Mereka Bermimpi

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpimu” –Andrea Hirata-

Bermimpi adalah mengimajinasikan diri atau suatu hal tertentu, akan menjadi apa di masa yang akan datang. Bermimpi berarti membangun harapan, menerobos keterbatasan. Bermimpi adalah awal kemauan, dan kemauan adalah awal sebuah jalan. Itu yang saya yakini.

Banyak orang membuktikan bahwa dengan kekuatan impian dan kemauan yang kuat untuk mencapainya, mereka bisa menjadi apa yang mereka impikan. Sebut saja, Andrea Hirata, yang saat bersekolah di bangku SMA membangun impian untuk berkuliah di Paris, mencapai impiannya beberapa tahun kemudian; Ahmad Fuadi, yang di masa remajanya bermimpi mengelilingi Eropa, mencapai impiannya juga beberapa tahun kemudian; atau Kang Danang, seorang mahasiswa yang mecatat ratusan mimpinya di lembaran kertas, dan kemudian mencoret satu per satu mimpinya karena telah mencapainya. Atau mungkin anda sendiri yang membaca tulisan ini.

Ketiga orang di atas adalah mereka yang bermimpi dan tervisualisasikan mimpi-mimpinya. Dalam kisahnya, Andrea Hirata memimpikan Paris karena cerita dan motivasi-motivasi indah gurunya tentang Paris yang selalu dikenang dan tervisualisasi dalam pikirannya. Ahmad Fuadi pun dengan hal yang kurang lebih sama hanya berbeda sumbernya, jika Adrea bersumber dari ucapan gurunya, Ahmad bersumber pada sebuah buku mata pelajaran bahasa Inggris yang bagian per bagiannya menceritakan kota-kota di Eropa satu per satu. Langkah yang lebih konkret dalam visualisasi mimpi adalah apa yang dilakukan oleh Danang, yang mencatat semua mimpinya pada lembaran kertas dan kemudian menempelnya di dinding kamar tidurnya. Terkait visualisi mimpi seorang tokoh pernah berkata,” Tulislah setiap mimpi, karena kau adalah seorang pelupa”

Itu pun apa yang dilakukan di kegiatan sahabat sekolah, mengajak adik-adik yang masih bersekolah di sekolah dasar untuk berani bermimpi dan memvisualisasikan mimpi mereka. Sejauh ini apa yang kami lakukan masih tergolong sederhana, hanya merangsang mereka dengan mewarnai gambar-gambar jenis pekerjaan yang mereka inginkan di masa yang akan datang. Di bawah ini beberapa foto yang menunjukan visualisasi mimpi mereka:








Semoga apa yang kami lakukan bermanfaat bagi mereka, dan semoga suatu saat mereka menjadi apa yang mereka inginkan. Kegiatan ini adalah yang pertama dan insyaAllah akan berlanjut di November, Desember, atau Januari depan. More info: twitter @Forkoma_Banten @steelaginari @faizfadhlih atau kontak kami Steela (08567559662) Faiz (08988649046)

Kegiatan ini masih perlu banyak koreksi dan ide segar. Jika ada ide silakan hubungi...!
yeah sadulur sabatur...

Cerita Kami saat kegiatan berlangsung akan ditulis menyusul... note it!


Sabtu, 20 Oktober 2012

Pembagian Kekuasaan Negara Secara Vertikal dan Horizontal

Pembagian kekuasaan dibedakan menjadi pembagian kekuasaan secara vertikal dan pembagian kekuasaan secara horizontal. Pembagian kekuasaan secara vertikal dapat diartikan bahwa kekuasaan dibagi secara teritorial atau wilayah kekuasaan. Sebagai contoh, adanya pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah untuk sebuah negara kesatuan. Sedangkan, pembagian kekuasaan secara horizontal dapat diartikan bahwa kekuasaan dibagi menurut fungsi-fungsi tertentu. Sebagai contoh, adanya sebuah badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di negara kesatuan.

Rabu, 26 September 2012

Hiroshima & Nagasaki

Kekhawatiran Oppenheimer: Sebuah Ramalan Tak Terbantahkan

Review kali ini akan membahas mengenai peristiwa penjatuhan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Bahan utama yang akan digunakan dalam review merupakan Film berjudul Hiroshima karya Koreyoshi Kurahara dan Roger Spottiswoode. Pembanding review ini diambil dari beberapa jurnal. Adapun hal yang menjadi perhatian utama penulis pada film ini adalah kekhawatiran Dr. Oppenheimer mengenai dampak dari penjatuhan bom atom di kemudian hari.

Film diawali dengan cerita mengenai keadaan dunia di akhir perang dunia kedua. Diceritakan bahwa kondisi Nazi Jerman dan sekutunya telah terdesak oleh Amerika dan sekutu pada April 1945. Kekalahan Nazi Jerman dan sekutunya mengantarkan pada harapan berakhirnya perang dunia kedua. Namun, di belahan dunia lain, tepatnya di Pasifik, Jepang masih terus melakukan perlawanan sengit terhadap pihak Amerika. Meskipun Perang Pasifik telah menyebabkan lebih dari satu juta jiwa rakyat Jepang dan sekitar sembilan ratus ribu tentara Amerika meninggal, perang tersebut seolah tidak menunjukkan segera akan berakhir mengingat idealisme rakyat Jepang yang tak mudah menyerah.

Sabtu, 01 September 2012

Sepenggal Kisah Perjalan

Sepenggal Kisah Perjalan
Oleh: Faiz Fadhlih Muhammad

Jalan ke Sekolah merupakan sebuah film dokumenter yang tersusun oleh sekumpulan foto yang diberi tulisan kalimat-kalimat tertentu sebagai narasi. Film tersebut berlatarkan sebuah desa terpencil dan marjinal. Secara garis besar, film tersebut menceritakan bagaimana sulitnya mengakses pendidikan di sebuah desa terpencil, akan tetapi semangat yang membara tak pernah sedikitpun menyurutkan langkah anak-anak desa tersebut untuk tidak pergi ke sekolah. Ada satu hal yang amat menarik dari film tersebut, yaitu pesan di akhir film. Pesan tersebut kurang lebih berisi teguran yang seolah-olah berkata: pada akhirnya pendidikan tidaklah membawa apa-apa, ketika banyak orang lulus bersekolah, sedangkan, hamparan luas sawah dan jenis kekayaan alam lainnya terabaikan tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya karena orang-orang terdidik tersebut meninggalkan kampungnya dan cenderung memilih untuk tinggal di perkotaan.

Menonton film tersebut, seperti memutar sedikit memori di kepala. Sebuah memori mengenai sebuah perjalanan, melintasi jalanan hitam legam dan sempit, sedang di kanan dan kirinya terhampar persawahan, perkebunan, hutan, atau sekerumunan ilalang. Sebuah perjalan menuju sebuah kampong bernama Kampung Cidikit, yang secara administratif terletak di Desa Hariang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Kampung tersebut, dirasa cukup jauh, mungkin karena juga medannya yang terkesan sulit, sekitar 70 KM dari pusat kota Kabupaten Lebak, Rangkas Bitung. Jalanannya berkelok, naik dan turun, curam, dan sekitar satu kilo meter jalanannya hanya tanah berlapis batu kali, terjal. Perjalanan yang melelahkan, walaupun kemudian rasa lelah terbayar oleh hamparan indah panorama alamnya, dan keramahtamahan beberapa warganya.

Perjalan tersebut merupakan sebuah perjalan dengan misi, dapat dibilang, menyuarakan pendidikan, dan membagi sedikit apa yang didapat ke anak-anak desa setempat. Kegitannya berupa kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti kegiatan belajar mengajar biasa, yang membedakan mungkin hanya pembawaan dan pakaian kami yang agak santai dan tidak kaku. Intinya, kegiatan ini berawal dari rasa ingin berbagi, ingin menginspirasi. Kerennya, kegiatan ini bearasaskan kesadaran kami, sebagai manusia terdidik untuk menyuarakan pendidikan dan turut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mari bicara mengenai pendidikan..

Pendidikan, menurut Ki Hajar Dewantara, berorientasi untuk memanusiakan manusia. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sempurna, di mana Tuhan YME telah melengkapinya selain dengan bentuk fisik yang sempurna, insting, akan tetapi juga akal dan nurani, maka, memanusiakan manusia dapat berarti mengarahkan manusia untuk berlaku sesuai dengan apa yang Tuhan anugerahkan kepadanya. Sejalan dengan itu, pada undang-undang nomor 20 tahun 2003, dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lantas apakah kita telah sampai pada tujuan pendidikan nasional kita?

Masih mengenai tujuan pendidikan, pengalaman dalam misi Mari Mengajar, dan kaitannya dengan pesan di akhir cerita pada film dokumenter Jalan ke Sekolah yang mengungkapkan kekecewaan mengenai tak kunjung adanya perubahan atau, lembutnya, tak relevannya perubahan yang terjadi dengan banyaknya pemuda yang telah lulus bersekolah. Terkait semua itu, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi perhatian dan bahan perenungan penulis, yaitu: Pertama, pengalaman yang kita dapat harus senantiasa kita ingat agar tidak ada istilah kacang melupakan kulitnya, kita melupakan dari mana kita berasal. Kedua, kita, sebagai seorang yang menyelami dunia pendidikan, adalah harapan orang-orang di sekeliling kita, dan sekaligus menjadi tanggung jawab kita untuk menjawab setiap harapan mereka. Terakhir, perlu kita sadari bahwa masih begitu banyak daerah yang tertinggal dan terpencil, seperti gambaran di atas, sehingga, effort kita untuk berbuat lagi dan lagi haruslah terus kita tingkatkan.

Padangan pribadi tentang Cidikit 

Pertama, mungkin telah menjadi sebuah sifat manusia Indonesia untuk beranggapan bahwa mereka orang asing, asalkan terlihat lebih dari mereka dari segi apapun termasuk pendidikannya, adalah orang yang lebih berkualitas daripada mereka. Hal inilah yang mungkin dalam ilmu sosiologi disebut sebagai kecenderungan xenosentris. Hal ini pun yang terjadi di Cidikit, yaitu bagaimana seorang Kepala Sekola SD Negri 2 Hariang berlebihan berekspektasi tinggi dengan kedatangan dan hasil yang kami tinggalkan, padahal jelas sebuah transformasi dan pembelajaran tak mungkin sempurna jika dilakukan hanya dalam waktu tiga atau empat hari. Dan jelas pula bahwa sejatinya, kamilah yang belajar banyak dari mereka, mengenai pengabdian, pengorbanan, dan keikhlasannya.

Kedua, entah mengapa, di desa-desa di terpencil di pelosok daerah, jarang sekali rumah memiliki kamar mandi yang layak. Layak di sini dalam artian tertutup, dan dilengkapi dengan selain bak juga tempat membuang hajat. Para penduduk di sana cenderung untuk melakukannya di sungai. Padahal, jika kita melihat segi keamanan dan kesehatan, jelas urgensi untuk memiliki kakus sangatlah tinggi.

Kedua hal di atas menurut penulis merupakan sifat atau kebiasaan yang harus sedikit demi sedikit di rubah. Mengapa? Hal yang pertama jelas mengisyaratkan rasa rendah diri, sedangkan telah kita ketahui bahwa sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang mandiri, yang yakin pada kemampuannya diri sendiri. Hal ini bukan berarti pula kita tidak menerima hal dari luar, akan tetapi, beranggapan sewajarnya dan tidak menerima mentah-mentah apa yang mereka bawa, kecuali yang baik, adalah hal yang perlu kita lakukan. Hal yang kedua juga perlu kita rubah, karena bangsa yang besar, adalah bangsa yang begitu memperhatikan kesehatan, keamanan, serta harkat dan martabatnya. Tengok sajalah Singapura, bagaimana mereka begitu memperhatikan aspek-aspek tersebut.

Mengakhiri tulisan ini, dari apa segala informasi yang dihimpun dari prosesi melihat, mendengar, dan merasakan. Penulis sampai pada kesimpulan, jika suatu kegiatan pengabdian masyarakat yang akan kita lakukan agar dapat benar-benar dirasakan dampaknya, haruslah menyentuh atau menyadarkan, baik kita maupun warga, pada ketiga hal, yaitu pentingnya pendidikan dan pengembalian pendidikan tersebut untuk pemberdayaan daerah tersebut; meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian warga; dan menumbuhkembangkan kesadaran warga akan perilaku hidup bersih dan sehat.    


   

Sabtu, 04 Agustus 2012

Karakteristik Ramadhan dan Pembentukan Karakter

Karakteristik Ramadhan dan Pembentukan Karakter
Oleh Faiz Fadhlih Muhammad[1]

Ramadhan Bulannya Al-Quran

Semua orang mungkin telah mashur dengan istilah Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Ya benar, Bulan Ramadhan memang bulan penuh berkah karena setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya, rezeki dilapangkan, dan pintu taubat dibuka selebar-lebarnya. Hal ini sesuai dengan hadist, “Wahai segenap manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan qiyam di malam harinya sebagai sunah. Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan, maka pekerjaan itu setara dengan orang mengerjakan 70 kewajiban.”

Selain identik dengan keberkahan, Bulan Ramadhan pun identik dengan bulannya Al-Quran. Hal ini karena pada bulan itulah alquran diturunkan, sebagaimana tertuang dalam surat Albaqarah ayat 185, “ Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia..”. Maka, mendekatkan diri dengan Al-Quran di Bulan Ramadhan pun mutlak perlu dilakukan.

Jumat, 03 Agustus 2012

Bicara Cinta, Cinta Bicara

Seperti semburat jingga di ufuk barat menyapa malam
Begitupun proses 'cinta' menyapa hati
Sesaat, hanya sesaat....

 atau....

Seperti secercah kuning di ufuk timur menyapa pagi
Begitupun proses 'cinta' menyapa hati
Perlu waktu, ya perlu waktu...

atau

Seperti segurat pelangi menyapa langit di gemericik
Begitupun, proses 'cinta' menyapa hati
Tidak sering, Tidak lama
jarang tapi menawan...

Kamis, 31 Mei 2012

Tentang langkah itu…

Tentang langkah itu…

Semua tentang mimpi, tentang sesuatu yang ingin dicapai, dan tentang langkah pencapaiannya. Gua yakin, semua orang telah bersepakat bahwa mimpi harus diusahakan untuk direalisasikan, bahkan dengan berbagai pengorbanan, harta maupun jiwa. Hal itupun yang ingin gua lakukan. Mengejar mimpi orang bilang.

Ketika orang bertanya, apa mimpi lu? Maka hal yang pertama terpikir adalah: gua ingin jadi pengusaha. Kerja untuk diri sendiri, dan banyak mempekerjakan orang lain. Dari sebagian hasil usaha, gua inginnya membangun ‘peradaban’ melalui lembaga sosial yang bersih, yang salamah, lahir maupun batin. Pikiran kedua yang terlintas, gua ingin jadi pengembara. Mengembara menuju pelosok-pelosok Indonesia, bahkan dunia. Ingin tahu banyak hal tentang kehidupan, tentang ribuan pemikiran, tentang penderitan, atau hal-hal berbau kesenangan. Lantas menuliskan hasilnya, paragraph demi paraghrap, dan semoga menjadi paragraph-paragraph hikmah yang menggugah hati-hati pembacanya. Pikiran yang ketiga: gua ingin bergelut dikancah penentuan kebijaksanaan publik. Jadi bagian daripada orang-orang aneh, yang rela menggadaikan waktunya demi banyak orang. Jadi bagian dari pemenangan satu golongan, jadi bagian dari kemenangan yang sebenarnya telah dipastikan. Dan hal terakhir yang terpikir adalah: gua ingin jadi guru. Jadi pahlawan tanpa tanda jasa orang bilang. Jadi bagian dari pendidik penerus generasi bangsa, jadi inspirator, jadi motivator. Bagaimanapun, menurut gua, mimpi untuk menjadi guru atau pendidik adalah mimpi yang sangat mulia. Tentu bukan sekedar guru, tapi mereka yang memang melakukan transfer value sekaligus, dari hanya melakukan transfer knowledge.

Tapi….

Untuk jadi pengusaha bukan hanya modal yang kita butuhkan, melainkan relasi, kemampuan, kepercayaan harus pula kita punya. Sedangkan, kesemuanya belum gua punya saat ini. Terlebih kepercayaan diri sendiri belum ada, pun kepercayaan dari orang-orang terdekat, karena kami tidak terlahir dengan mental pengusaha. Maka, perlu banyak waktu untuk ini semua.

Untuk jadi seorang pengembara atau petualang pun butuh banyak modal, butuh kekuatan mental yang harus disiapkan. Mental sih ada, tapi modal? Nampaknya belum terpikirkan dapat dari mana dan bagaimana cara memanfaatkannya dengan baik agar perjalanan tidak sia-sia.
Nah, yang selanjutnya adalah mimpi yang paling bisa untuk direalisasikan. Atau setidaknya diusahakan untuk direalisasikan.

Bukannya….

Bukannya dengan keberadaan lu di tempat sekarang kesemuanya juga bisa lu realisasikan? Memang bisa kawan, tapi gua ingin sesuatu yang bernilai lebih. Yang benar-benar, setidaknya menurut gua, merupakan usaha gua yang paling maksimal untuk merealisasikan mimpi-mimpi gua, sebelum akhirnya gua bertawakal, kalo saja memang harus tetap di tempat ini.

Ampuni hamba-Mu ini Ya Allah, yang senantiasa tak puas dengan pencapaian yang ada. Yang senantiasa ingin merasakan hal lain, daripada sekadar hal yang telah diberikan…..
Kabulkanlah do’a-do’a hamba-Mu ini Ya Allah, terutama tentang perihal mimpi, jadikanlah mimpi-mimpi itu baik dihadapan-Mu, mimpi yang mengantarkan hamba-Mu ini menuju keridhaan-Mu….

   



Kamis, 24 Mei 2012

Toleransi, Ukhuwah, dan Premanisme


Toleransi dan Ukhuwah sebagai Solusi Premanisme
Faiz Fadhlih Muhammad, 1106069216


Premanisme merupakan sebuah istilah yang tak asing kita dengar, sebuah istilah yang biasanya diidentikan dengan tindak kekerasan dan kriminalitas. Menurut kamus bahasa Indonesia preman diartikan sebagai sebutan kepada orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dsb). Menurut Wikipedia, premanisme adalah sebutan pejoratif yang sering digunakan untuk merujuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat lain. Secara lebih luas premanisme dapat diartikan sebagai sifat-sifat seseorang atau kelompok yang melakukan tindak kekerasan dan kejahatan.

Dalam konteks ekonomi, premanisme mulai muncul di Indonesia ketika keadaan ekonomi menjadi sulit, dan di sisi lain lapangan pekerjaan semakin sempit. Pola pikir masyarakat yang instan, yang menghalalkan segala cara demi mendapat uang, mungkin menjadi faktor utama tindakan premanisme.

Dalam konteks kepranataan sosial, premanisme selain karena keadaan ekonomi, beberapa hal yang menyebabkan tindak anarkis atau kriminalitas juga disebabkan oleh faktor SARA (Suku, Agama, Ras). Pada keadaan ketika satu golongan diacuhkan atau dicemooh oleh golongan lain, maka tidak jarang terjadi konflik antar golongan. Bahkan ketika golongan tersebut seagama. Atau dalam kasus lain, ketika kaum mayoritas, baik itu secara suku, ras, atau agama, melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji kepada kaum minoritas. Lemahnya rasa toleransi dan ukhuwah atau persaudaraan mungkin merupakan penyebab mengapa hal ini terjadi.

Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Akan tetapi, toleransi bukan berarti membenarkan pendapat orang tersebut, melainkan mengakui hak orang tersebut untuk mengeluarkan pendapat. Bertoleransi bukan pula membiarkan seseorang berpendapat sebebas-bebasnya tanpa landasan dan mengacak-acak apa yang telah menjadi pendirian kita. Hal ini berarti bahwa setiap individu haruslah bertoleransi terhadap individu yang lain, dan berkomitmen untuk tidak saling mengusik.

Sedangkan ukhuwah islamiyyah, ukhuwah islamiyyah merupakan sebuah ikatan persaudaraan yang dibangun atas dasar kesamaan iman dan akidah. Ukhuwah islamiyyah memiliki derajat yang lebih tinggi sekalipun dibandingkan dengan ikatan darah atau keturunan. Namun sayangnya beberapa umat islam seringkali bersitegang dengan umat islam lainnya. Persitegangan yang seringkali diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan pandangan atas suatu hukum tertentu yang sebenarnya benar menurut penuturan ayat atau hadist yang lainnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, selain meningkatkan pemahaman kita akan suatu hukum agama, meningkatkan rasa ukhuwah islamiyah pun merupakan sebuah pilihan yang sangat baik, karena, ukhuwah islamiyah pada dasarnya akan mengarahkan kita kepada ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), ta’awun (saling menolong), dan takaful (saling menunjang). 

Singkatnya untuk menghindari sebuah premanisme yang diakibatkan oleh konflik atau gejolak sosial yang berkaitan dengan SARA maka sikap toleransi atau saling menghargai dan sikap ukhuwah islamiyah adalah salah satu solusinya. Toleransi sebagai bentukan universal untuk setiap dan antar ras, suku maupun agama. Ukhuwah islamiyah sebagai bentukan yang diperuntukan bagi umat islam dalam menyikapi perbedaan pandangannya.

Referensi:
Anneahira.com
Google.com
Wikipedia.com

Hedonisme


Hedonisme
Faiz Fadhlih Muhammad, 1106069216


Pengertian Hedonisme

Secara bahasa hedonisme berasal dari Bahasa Yunani, yaitu, hedone yang artinya kesenangan. Hedonisme adalah pandangan hidup atau pola pikir yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan hidup yang paling utama. Hedonisme menganggap bahwa kebaikan dalam hidup hanya dapat didapat dengan cara mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Atas pemikiran yang seperti ini, kebanyakan orang yang memiliki faham seperti ini akan mengejar materi dan kemudian menghabiskannya untuk kesenangan nafsunya semata. Selain mengagungkan materi, orang-orang seperti ini juga akan mengagungkan dengan seagung-agungnya yang namanya kebebasan pribadi.
   
Faktor-faktor Penyebab Hedonisme

Adapun faktor-faktor penyebab hedonisme dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu, faktor internal dan factor eksternal. Factor internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Sedangkan factor eksternal bisa juga disebut sebagai factor lingkungan.

Telah menjadi sifat dasar manusia untuk mendapatkan sesuatu sebanyak-banyaknya dengan kerja yang seringan-ringannya. Sifat dasar yang lain adalah rasa tidak puas manusia yang tidak berujung. Hal inilah yang kemudian menjadikan manusia sebagai makhluk yang serakah dan cenderung materialistik. Kecenderungan inilah, yang apabila tidak dikendalikan dengan baik akan menyebabkan prilaku konsumerisme, yang berujung kemudian kepada hedonisme. Tetapi, sifat dasar manusia yang seperti di atas sebenarnya dan seharusnya dapat dibatasi, apabila manusia itu sadar mengenai apa kewajiban utamanya ada di dunia, yaitu, beribadah kepada Allah. Artinya, yang menjadi penyebab internal hedonisme yang paling pokok adalah lemahnya keimanan dan pengetahuan agama seseorang.   

Adapun factor eksternal penyebab hedonisme yang paling utama adalah arus westernisasi atau globalisasi informasi. Tidak dapat kita pungkiri bahwasannya saat ini kita tidak dapat terlepas dari media informasi, baik itu televisi, koran, majalah, maupun internet. Media inilah yang menyebabkan arus informasi mengalir begitu derasnya, dalan artian, informasi yang ada di satu belahan dunia dapat pula dinikmati di belahan dunia lainnya.

Dalam media informasi tak jarang ditampilkan berbagai macam kebudayaan maupun gaya hidup dari belahan dunia lainnya, terlebih eropa dan Amerika Serikat. Sedangkan, kebanyakan orang di sana merupakan orang-orang yang berfaham bebas dan sangat mengagungkan materi. Hal inilah yang kemudian ditularkan ke masyarakat-masyarakat dunia yang lain, khususnya Indonesia, padahal masyarakat Indonesia memiliki perbedaan budaya, yang kemudian menyebabkan akulturasi atau bahkan merusak budaya Indonesia dan digantikan dengan budaya bersenang-senang atau hedonisme. 

Akibat Hedonisme

Setidaknya ada empat hal yang dapat disebabkan dari perilaku hedonisme, yaitu, individualistis, materialistis, seks bebas, dan mentalitas instan. Rasa individualistis merupakan rasa yang mengedepankan kebebasan pribadi dan kelompoknya dan cenderung tidak menghiraukan orang lain. Orang-orang yang individualistis cenderung tidak percaya bahwa melibatkan dirinya dalam fungsi kemasyarakatan akan menyebabkan dirinya bahagia. Rasa materialistis adalah rasa dimana seseorang akan mencari materi atau kekayaan sebanyak-banyaknya dan tanpa memikirkan dari mana itu semua berasal. Orang-orang materialistis cenderung berusaha mencari materi atau uang untuk digunakan memuaskan nafsunya akan sesuatu benda atau hal yang menurutnya berharga. Seks bebas adalah prilaku seks yang menyimpang, di mana seseorang dapat melakukannya dengan siapa saja yang sefaham. Orang-orang semacam ini menganggap bahwa seks hanyalah pemuas nafsu belaka. Mentalitas instan singkatnya adalah ketika seseorang beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan atau masalah yang mereka hadapi, dalam konteks hedonisme, dapat diselesaikan hanya dengan uang atau materi.  


Sumber:
http://chapunk-majesty.blogspot.com/2009/02/akibat-akibat-hedonisme.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme