Rabu, 20 Februari 2013

Dilema Menetapkan Pilihan Jurusan: Idealis atau Realistis?


www.sepotongrasa.com


Menetapkan pilihan jurusan pada formulir pendaftaran masuk Perguruan Tinggi memang suatu hal yang dilematis. Banyak sekali faktor yang membuat kita ragu, salah satunya, dan yang biasanya jadi faktor utama, adalah faktor ‘keinginan atau kemampuan’. Menetapkan jurusan yang kita inginkan (impikan) atau jurusan yang kita mampu untuk bersaing menggapainya. Atau, dalam tulisan ini, faktor ini kita sebut sebagai ‘idealis atau realistis’.

Idealis atau realistis

Menjadi orang idealis atau pun menjadi orang realistis keduanya sama baiknya. Mempercayai mimpi, sebagai suatu yang kita inginkan, dan terus mengusahakannya, tentu suatu hal yang baik, bukan? Tapi, apa lantas kita akan, kasarnya, ‘bunuh diri’: rela tak jadi mahasiswa dikala teman kita yang lain tengah berbangga dengan status barunya, jika selama ini try out memprediksi kita tidak dapat masuk jurusan yang kita inginkan, tentu tidak, bukan? Maka, alangkah baiknya jika kita menjadi idealis juga realistis sekaligus.

Senin, 18 Februari 2013

Seseorang (Someone)

ajilbab.com

1. Berkelabat. Terbayang. Kala dekat. Hilang.

2. Menunduk aku malu. Bukan! Aku luluh oleh sorot matamu....

3. Hitam rambutmu, jenjang lehermu. Ah! Yang paling ku suka renyah senyummu! .....

4. Kutatapmu malu-malu. Beginilah nasib pengecut pecandu rindu, jancuk! Cintaku tersekat antara mau dan malu!

twitgalau: @faizfadhlih

Sabtu, 16 Februari 2013

Pengabdian Masyarakat



http://topmom.areavoices.com/files/2012/02/givinghearts.jpg
Pengabdian Masyarakat[1]
oleh Faiz Fadhlih Muhammad

      Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain

Kita mungkin sudah tak asing lagi dengan berhalam-halaman koran yang membahas soal kemiskinan, ketidaksejahteraan, dan keterbelakangan. Bahkan, bukan hanya dari halaman koran, tapi melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri. Puluhan anak di tepian jalan yang menjajakan koran. Puluhan ibu serta balitanya, yang duduk lesu di jembatan penyebrangan. Atau masih banyak lagi. Dan apa yang kita lakukan? Bersimpati. Setiap orang, siapapun itu, dapat dipastikan mampu bersimpati, sedikit atau banyak. Maka, lantas apa istimewanya dari sekedar bersimpati?