Senin, 25 Maret 2013

Urgensi Mentoring


www.mentorset.org.uk

Mentorku Idolaku

Mengidolakan seorang atau beberapa orang adalah hal yang wajar. Terkadang, baik atau bahkan sangat baik, jika kita mengidolakan orang-orang yang baik, tentunya. Idola-idola kita terkadang mampu memotivasi kita dengan caranya sendiri, caranya masing-masing. Mereka terkadang mampu membangkitkan semangat kita, cukup dengan hanya kita membaca tulisannya. Mereka terkadang membangkitkan motivasi kita, ketika kita mampu bercakap dengannya. Setidaknya hal inilah terjadi pada diri penulis.

Adalah beberapa sosok manusia yang kemudian sering disebut mentor yang penulis idolakan. Mereka para pemimpin mentoring, yang siap dijadikan atau dianggap ‘apapun’: teman, sahabat, kakak, guru, atau apapun. Karena begitulah mereka menjelma: kadang mengajarkan sesuatu, mengajak tertawa, menasehati, rekan bercanda, atau di saat tertentu bisa juga marah (untuk kebaikan). Kerelaan dan keikhlasan untuk mengajak kita untuk bersama berbuat dan menjadi baik, itulah yang istimewa dari mereka. 

‘Pengidolaan’ ini dimulai sejak penulis menduduki bangku sekolah menengah atas. Di kala menjalani proses adaptasi yang sulit. Kala itu, peralihan dari siswa SMP ber-‘grade’ biasa menjadi siswa SMA ber-‘grade’ cukup favorite, peralihan dari ‘anak kampung’ menjadi ‘anak kota’, tentu membawa konsekuensi yang tidak mudah. Dan di saat itulah penulis berkenalan dengan yang namanya mentor dan mentoring. Mereka yang sedikit banyak membantu prosesi adaptasi penulis. Utamanya dalam hal membangun kepercayaan diri.

Perjalanan itu pun terus berlangsung, tantangan adaptasi, ternyata hanyalah tantangan awal yang perlu dihadapi, selanjutnya ternyata ada tantangan lain yang lebih sulit. Berprestasi atau, bagi penulis sih, tidak terpuruk di jurang akademis, menjadi tantangan berikutnya. Dan lagi-lagi mentor dan mentoring menjadi bagian yang turut membantu penulis menghadapi tantangan ini. Mentor ternyata bisa diandalkan juga, untuk menjadi tutor pelajaran, atau setidaknya menjadi tempat meminjam buku.

Tantangan demi tantangan, pun terus bermunculan. Dan secara bersamaan mentor dan mentoring memberikan solusi. Sampai pada akhirnya mentor pun jadi inspirasi tersendiri. Ada saatnya mereka membantu kita tanpa melalui usaha langsung tangan mereka, melainkan, ya, menjadi inspirasi. Mentor pertama penulis adalah seorang kakak kelas di sekolah yang kini berkuliah di UGM, yang kedua berkuliah di ITB, yang ketiga berkuliah di UI, setidaknya capaian mentor-mentor penulis tersebutlah yang kemudian menginspirasi penulis. Itu capaian sederhana, ada capaian-capaian lain yang juga terus menginspirasi. Ah, mentorku idolaku, mentorku inspirasiku. Sekian, semoga bermanfaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar