Sabtu, 16 Februari 2013

Pengabdian Masyarakat



http://topmom.areavoices.com/files/2012/02/givinghearts.jpg
Pengabdian Masyarakat[1]
oleh Faiz Fadhlih Muhammad

      Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain

Kita mungkin sudah tak asing lagi dengan berhalam-halaman koran yang membahas soal kemiskinan, ketidaksejahteraan, dan keterbelakangan. Bahkan, bukan hanya dari halaman koran, tapi melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri. Puluhan anak di tepian jalan yang menjajakan koran. Puluhan ibu serta balitanya, yang duduk lesu di jembatan penyebrangan. Atau masih banyak lagi. Dan apa yang kita lakukan? Bersimpati. Setiap orang, siapapun itu, dapat dipastikan mampu bersimpati, sedikit atau banyak. Maka, lantas apa istimewanya dari sekedar bersimpati?

 
Pengabdian masyarakat, istilah ini pastilah sudah tak asing lagi di telinga kita, para mahasiswa, karena pada dasarnya, istilah ini merupakan salah satu isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Ini berarti, menjadi sebuah kewajiban bagi kita, selaku anggota ‘masyarakat’ perguruan tinggi, untuk melakukannya. Mengabdikan diri kita di masyarakat. Selain juga, melaksanakan pendidikan dan penelitian. 

Pengabdian masyarakat, haruslah sebuah tindakan nyata. Buah pemikiran yang terimplikasi kerja-kerja tangan, bukan yang hanya tersekat tembok ruangan. Terbentur pada teori ‘blame the victim’ dan ‘blame the system’. Menyalahkan si miskin yang memang tak mumpuni berbuat apa-apa atau menyalahkan pemerintah yang jelas-jelas tak berbuat apa-apa. Bukannya kata orang, lebih baik menyalakan lilin daripada sekedar menghardik kegelapan!  

Telah banyak orang mendefinisikan sesukanya mengenai pengabdian masyarakat. Sebagian membagi-bagikan sembako, sebagian lain melakukan pengobatan gratis, atau ada juga yang melakukan ragam penyuluhan dan pelatihan keterampilan. Dan kesemuanya memekik, bahwa apa yang mereka kerjakan adalah bentuk dari pengabdian masyarakat. Dan pilihan apalagi yang kita punya selain setuju? Kecuali jika kita tak puas dan ingin menambahkan. Lakukan apa yang bisa dan mampu kita lakukan, selama itu bermanfaat bagi orang banyak dan menyoal pemberdayaan masyarakat dari aspek apapun, itulah pengabdian masyarakat. Mudah bukan? Maka, mengapa masih hanya sekedar bersimpati?
***


[1] Tulisan diajukan untuk memenuhi tugas rekrutmen terbuka FSI FISIP UI 24

2 komentar:

  1. "lebih baik menyalakan lilin daripada sekedar menghardik kegelapan!" ini keren iz

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu gw juga dapet dari orang son. Makanya kalimatnya diawali, "bukannya kata orang...."
      Hehe :)

      Hapus