Kamis, 03 Januari 2013

Hijrah (Kemunculan dan Perkembangan Islam Masa Awal)


http://miftahrahman.files.wordpress.com/2009/10/wpid-onta.jpg?w=640
Berbicara sejarah kemuculan Islam, tentu tidak dapat kita pisahkan dari sejarah hidup Muhammad sebagai utusan Tuhan untuk mengajarkan Islam itu sendiri. Muhammad merupakan keturunan dari salah satu suku terbesar di Makkah saat itu, yaitu suku Quraish dari bani Hasyim. Muhammad merupakan seseorang yang menjadi yatim bahkan ketika ia belum dilahirkan, dan menjadi yatim piatu ketika usianya baru menginjak enam tahun, sehingga harus hidup dengan sanak keluarganya yang lain setelah itu. Di usia remajanya, Muhammad mulai belajar menjadi seorang pedagang bersama pamannya Ali bin Abi Thalib, dan di usia ke dua puluh lima tahun, Ia sudah cukup terkenal sebagai seorang saudagar yang baik dan jujur. Perangainya yang baik dan jujur inilah yang kemudian mempesona seorang janda yang juga saudagar kaya bernama Siti Khadijah, yang kemudian menjadi istri Muhammad. 

Selama masa hidupnya, Muhammad dikenal sebagai pribadi yang mulia. Karakteristik cerdas, jujur, bijaksana, dan solutif melekat pada dirinya. Seringkali, jika di Makkah terjadi pertikaian antar kaum, Muhammad hadir sebagai penengahnya. Hal ini membuat Muhammad sangat dipercaya dan dicintai. Akan tetapi, kepercayaan dan kecintaan itu kemudian berubah menjadi kebencian, ketika Muhammad menginjak usia empat puluh tahun, yaitu ketika Ia mulai mendapatkan wahyu dan menyebarluaskan ajaran yang dibawa oleh wahyu tersebut.

Salah satu alasan yang perlu kita ketahui ialah, pada waktu itu, Makkah merupakan kota kosmopolitan yang hidup karena perdagangan, yang komoditas terbesar perdagangannya, bukan sandang atau pangan melainkan wisata ziarah. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya lebih dari dua ribu kuil di Makkah saat itu. Oleh karena itu, kehadiran agama baru yang diajarkan Muhammad, yang menghilangkan segala macam dewa atau pepujaan itu, dianggap oleh saudagar-saudagar Quraisy sebagai sebuah ancaman bagi bisnis wisata ziarah mereka. Sehingga, segala macam cara dilakukan untuk menekan penyebaran agama tersebut, salah satunya dengan percobaan pembunuhan.

Muhammad dan pengikutnya, setiap harinya tak lepas dari tekanan pihak Quraisy. Seperti mendapatkan sebuah jawaban untuk mengindari tekanan tersebut, atas alasan kemasyhuran Muhammad sebagai sosok yang bijaksana, Muhammad dan pengikutnya ditawari untuk berhijrah ke Kota Yastrib (Madinah) oleh para pimpinan kota tersebut. Perlu kita ketahui bahwa pada saat itu kondisi Yastrib memang sedang sangat kacau akibat pengaruh perang antar suku, maka peran seseorang yang bijaksana yang juga telah mempunyai nama yang masyhur sangatlah diperlukan. Pilihan pun jatuh kepada Muhammad.

Setibanya Muhammad di Yastrib, Ia pun menunaikan janjinya sebagai penengah. Muhammad mengumpulkan suku-suku yang bertikai di kota tersebut, yang pada akhirnya merumuskan sebuah perjanjian yang disebut sebagai piagam madinah. Perjanjian tersebut menjadikan Yastrib sebagai konfederasi, sehingga, sebagai konsekuensinya, baik muslim maupun non muslim, juga diharuskan untuk berada dalam satu barisan jika sewaktu-waktu ada serangan dari luar.

Peristiwa hijrah bagi Islam adalah peristiwa yang dianggap sangat penting. Hal ini dibuktikan dengan penetapan momentum hijrah sebagai permulaan pada penanggalan hijriah atau penanggalan islam. Alasannya: “Jika di sebelum hijriah, Muhammad adalah seorang pendakwah dengan pengikut individual; Setelah hijrah, beliau adalah pemimpin masyarakat yang berpaling terhadapnya untuk mendapatkan perundang-undangan, arah politik, dan bimbingan sosial.[1] Di Madinah masyarakat muslim memang berkembang untuk menjadi masyarakat yang ‘negarawan’ dan dituntut untuk taat pada perundang-undangan.

Setahun setelah momentum hijriah, tumpahlah sebuah pertempuran di sebuah tempat bernama Badar. Pada waktu itu, pasukan yang berasal dari Makkah beranggotakan seribu orang, sedang pasukan islam hanya berjumlah sekitar tiga ratus orang. Akan tetapi pasukan muslim mampu mengalahkan mereka dengan telak. Di tahun ketiga hijriah, seolah ingin membalas dendam, pasukan Makkah kembali merencanakan penyerangan. Kekuatan mereka kini berjumlah tiga ribu orang, sedang pasukan muslim berjumlah 950 orang. Perang terjadi di Bukit Uhud, dan kekalahan menimpa pasukan muslim. Adapun yang menjadi penyebab kekalahan adalah sikap ketidaktaatan pasukan yang seharusnya bersiaga di bukit terhadap Muhammad, karena keterburu-buruan untuk merebut harta rampasan perang. Dua tahun kemudian, lagi-lagi kaum Quraisy melakukan penyerangan terhadap Madinah dengan jumlah pasukan yang sangat banyak. Untuk menghadang penyerangan tersebut Muhammad memerintahkan ummat Islam untuk membuat parit yang mengelilingi Kota Madinah. Pasukan Quraisy, yang pada waktu itu menunggangi unta, tentu saja tidak dapat masuk Madinah untuk menyerang. Mereka memutuskan untuk terus mengepung, berharap penduduk Madinah kelaparan dan akhirnya menyerah. Namun, kondisi cuaca yang buruk dan disertai badai waktu itu, memaksa mereka untuk menyerah terlebih dahulu sebelum melihat penduduk Madinah kelaparan. Mereka menanggung kekalahan.

Setelah perang parit, proses rekrutmen pasukan Quraish semakin sulit dilakukan. Kebanyakan mereka ketakutan terhadap kekalahan karena kekuatan magis yang dimiliki oleh pasukan muslim. Di lain sisi, setelah perang parit, jumlah pemeluk muslim semakin meningkat. Berangsur-angsur Islam kian diterima di Makkah, sehingga, pada 6 H kaum muslim dipersilakan untuk mengunjungi Kakbah tanpa mengalami kekerasan. Lebih jauh lagi, dua tahun kemudian, tetua kota Makkah menyerah kepada Muhammad tanpa perlawanan. Waktu itu, hampir semua suku bersatu di bawah panji Islam dan hidup dalam harmoni.

Di tahun 10 H, Muhammad kembali mengunjungi Makkah untuk berumrah. Pada waktu itu, Muhammad menyampaikan khutbahnya yang terakhir, yang kurang lebih mengatak persamaan hak antar sesama manusia dan bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir. Tak beberapa lama setelah kepualangannya kembali ke Madinah, Muhammad pun jatuh sakit, dan pada akhirnya meninggal dunia di pangkuan Aisyah.

Sumber: Bab Hijrah (Kemunculan dan Perkembangan Islam Masa Awal) buku “Dari Puncak Bagdad: Sejarah Dunia Versi Islam”~Tamim Ansary


[1] Halaman 61

Tidak ada komentar:

Posting Komentar