Karakteristik
Ramadhan dan Pembentukan Karakter
Oleh
Faiz Fadhlih Muhammad[1]
Ramadhan
Bulannya Al-Quran
Semua orang mungkin
telah mashur dengan istilah Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan
keberkahan. Ya benar, Bulan Ramadhan memang bulan penuh berkah karena setiap
amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya, rezeki dilapangkan, dan pintu taubat
dibuka selebar-lebarnya. Hal ini sesuai dengan hadist, “Wahai segenap manusia,
telah datang kepada kalian bulan yang agung penuh berkah, bulan yang di
dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah
menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan qiyam di malam harinya
sebagai sunah. Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan, maka pekerjaan
itu setara dengan orang mengerjakan 70 kewajiban.”
Selain identik dengan
keberkahan, Bulan Ramadhan pun identik dengan bulannya Al-Quran. Hal ini karena
pada bulan itulah alquran diturunkan, sebagaimana tertuang dalam surat Albaqarah
ayat 185, “ Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran,
sebagai petunjuk bagi manusia..”. Maka, mendekatkan diri dengan Al-Quran di
Bulan Ramadhan pun mutlak perlu dilakukan.
Setidaknya ada dua buah
ayat yang dapat dijadikan sebagai ‘premis’ pendukung yaitu surat Albaqarah ayat
183 dan surat Albaqarah ayat 2. Surat Albaqarah ayat 183 menjelaskan bahwa
salah satu tujuan kita berpuasa adalah agar kita semua bertakwa. Sedangkan,
surat Albaqarah ayat 2 menjelaskan bahwa Al-Quran merupakan petunjuk bagi orang
yang bertakwa. Keduanya sama mengungkit takwa, yang satu sebagai sebuah cara
untuk mencapai ketakwaan sedang yang satu lagi sebagai sebuah hasil dari takwa,
yaitu sebuah petunjuk. Atau dengan kata lain, kita di Bulan Ramadhan mengejar
ketakwaan dan secara simultan, dengan ketakwaan kemudian kita menjadikan Al-Quran
sebagai petunjuk.
Sebagai sebuah
petunjuk, Al-Quran akan menghindarkan manusia dari jalan yang buruk dan sesat. Hal
ini senada dengan hadits, “ Telah aku (Muhammad) tinggalkan dua perkara, yang
apabila kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan tersesat selamanya,
yaitu, Al-Quran dan Hadits”.
Al-Quran
dan Pembentukan Karakter
Karakter, menurut Allport,
merupakan sebuah kepribadian yang dievaluasi. Sedangkan kepribadian sendiri
didefinisikan Allport sebagai organisasi yang dinamis dari keseluruhan
psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik
terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, kepribadian merupakan hasil perpaduan
antara sikap mental seseorang dan hasil adaptasinya dengan lingkungan.
Karakter sebagai hasil
evaluasi dari kepribadian hanya dapat diperoleh melalui suatu proses
pembelajaran yang panjang. Dan Al-Quran, sebagai Firman Allah, tentu merupakan
salah satu alat bantu pembelajaran yang sangat efektif. Keefektifan Al-Quran
mengevaluasi terbukti dari kisah Umar bin Khatab yang bercucuran air mata dan
memutuskan masuk islam, tentu karena hidayah Allah, setelah mendengar bacaan
Al-Quran adiknya. Seorang Umar yang berkepribadian dan berpendirian teguh menentang
Rasul pada awalnya, pun luluh karena Al-Quran.
Keefektifan Al-Quran
sendiri sebagai sebuah alat pembentuk karakter, karena kandungannya yang sangat
lengkap dan komperhensif. Al-Quran berisikan sejarah, hukum, penjelasan
mengenai surga dan neraka, ketauhidan dan lain sebagainya, yang apabila
difahami kemudian direnungkan dan diamalkan tentu menjadi alat yang efektif. Selain
itu, tata bahasanya yang lembut tetapi lugas pun merupakan poin tesendiri.
Penyampaian Al-Quran
akan sejarah, setidaknya akan menyebabkan manusia tidak akan jatuh kepada
lubang yang sama. Penjelasannya akan surga dan neraka, setidaknya akan menyebabkan
manusia beramal baik sebanyak mungkin dan bergerak menjauhi yang tidak baik
sejauh mungkin. Penjelasannya akan ketahuidan, baik itu secara uluhiyah,
rububiyah maupun asma dan sifatnya, setidaknya akan menebabkan manusia sadar
jika semuanya karena Allah, dan lain sebagainya. Sehingga, tingkat religiusitas
seseorang akan bertambah dan terus bertambah dan secara beriringan sifat dan
kepribadiannya berubah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Allahu
A’lam
[1]
Mahasiswa FISIP UI_Mantan Santri Pondok Pesantren Daar El Falaah, Mandalawangi_Mantan
Ketua Rohis SMANSA Serang, Rismansa 27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar