Selasa, 19 Juli 2011

coba nulis

Rona di Pipi
Sore itu Fadli terduduk, tertunduk malu mengingat kejadian tadi pagi, di beranda rumah kolongnya. Betapa tidak, Fadli, siswa kelas empat SD, yang dikenal pemalu dikampungnya berani menggoda kakak kelasnya tadi pagi, sehingga membuat Bunga, kakak kelasnya, malu tersipu meronakan gurat merah di pipi putihnya.

 
Lama Fadli melamunkan kisahnya tadi pagi, hingga akhirnya adzan maghrib membangunkan-nya dari lamunan. Ia pun bergegas mengambil sarung dan peci hitamnya, lantas meninggalkan rumah kolongnya, dan dengan tergesa-gesa menuju mesjid. Di mesjid banyak teman menggodanya, meledeknya, dan mengolok-oloknya. Bertambah saja malunya Fadli, dan meronalah segurat merah di pipinya. Fadli terus tertunduk, hanya tertunduk karena ia tak tahu bagaimana cara melawan ledekan teman-temannya. Ingin rasanya ia menghardik, tetapi ia yakin hardikannya hanya akan menjadi bumerang baginya. Ya karena teman-temannya pasti akan membalasnya dengan petuah sakti berbunyi, “ Lamun bohonganmah moal mamarahan, lamun mamarahan berarti beuneur!!”.

 
Setelah selesai berwudhu segera Fadli masuk ke mesjid dan langsung mengumandangkan iqamah padahal para tetua belum datang. Semua orang memandang Fadli dengan tatapan aneh dan bergumam menghardik dalam gumamannya. Akhirnya, salah seorang yang setengah dituakan menjadi imam. Dalam sholatnya Fadli tak sepenuhnya khusyuk, pikirannya masih terpenuhi oleh hal yang terjadi seharian itu, serta bagaimana cara mendiamkan teman-temannya. Setelah selesai sholat ia pun berdoa.

“ Ya Allah, buatlah teman-temanku agar  tak lagi meledekku, dan berikanlah aku ide agar aku bisa selalu berkelit dari ledekan teman-temanku, amin,” pintanya dalam doa. Kemudian ia langsung berlari menuju rumah, menuju kamar, menguci diri, dan kemudian tidur memeluk guling kesayangannya.

Pelajaran dari Politisi
Ayam berkokok, Fadli terbangun dari tidur pulasnya. Diam sejenak, menguap, lantas bergulat meregangkan sendi-sendinya. Kemudian berdiri,dan berjalan menyusuri samping rumahnya untuk menuju sumur tua di belakang rumah. Sumur yang gelap dan terkesan angker. Namun, Fadli tak gentar karena hanya sumur itulah yang terdekat.

Fadli mulai menimba air, menuangkannya pada ember besar sampai ember itu penuh. Lantas mandi menggunakan air yang diambilnya tadi. Sambil asyik mandi Fadli sayup-sayup mendengar sedikit gurauan pagi dari sebuah siaran radio. Gurauannya menceritakan bagaimana seorang politikus menyiasati suatu masalah, ”Politikus akan menciptakan isu atau masalah baru untuk menutup-nutupi isu atau masalah sebelumnya,” ujar sang penyiar. Fadli terdiam memikirkan gurauan itu, lantas bak menemukan sesuatu yang luar biasa Fadli berteriak, “Eureeeka….!” Teriaknya keras bak kesurupan.

Di rumah Fadli bersiul-siul, terus bersiul-siul, terkadang tersenyum menang, dengan sepucuk surat cinta dengan campuran rasa gombal yang luar biasa. Lalu, ia duduk mengambil buku hariannya, kemudian menuliskan rencana jahatnya, jahilnya. Ya Fadli selalu merencanakan setiap yang akan ia lakukan seharian, termasuk ketika mencoba menggoda Bunga, meskipun analisisnya kadang kurang tajam dan cenderung melupakan sisi terburuk dari sebuah rencana.

Sesampainya di sekolah Fadli mulai menjalankan rencanya. Rencanya ialah memasukan surat cinta, yang diatasnamakan Andi, ke dalam tas Elsa. Elsa seorang cewek Chinese tercantik di kelas dan merupakan cewek yang paling sering diincar oleh teman-teman. Sifat lain Elsa ialah Elsa akan membicarakan setiap surat yang datang kepadanya kepada setiap teman ceweknya, dan si pengirim surat pasti akan menjadi bulan-bulanan. Dan rencana Fadli akhirnya berhasil. Tak sampai lama akhirnya Elsa dan kawan-kawan mulai ngerumpi di kelas, tentu mereka membicarakan Andi sang pengirim surat, sedangkan anak cowok bermain-main di lapangan. Tak lama kemudian bel pun berbunyi dan semua berbondong-bondong masuk ke kelas. Andi pun masuk ke kelas, dan tak ayal ketika Andi masuk semua anak cewek mulai menggoda Andi, lebih tepatnya mengolok-olok.

“ Cie…… Ada yang jatuh cinta nih..” sahut Andin si raja gossip.
“ Siapa din?” sahut yang lain,” Andi!! Ups….,” tambah yang lain.

Andi pun sontak kaget, berteriak-teriak mengelak, tetapi sayang sekarang telah menjadi bahan ledekan kelas, dan kekuatan seorang tak mampu mengalahkan kekuatan berjamaah. Fadli, yang sedari pagi menjadi bulan-bulanan, lantas senang karena sesuai rencana kini Andi yang menggantikan posisinya.

Pelajaran Moral

Ayu Septiana demikian nama wanita itu, wanita muda yang mengabdikan dirinya di sekolah yayasan swasta dengan gaji keikhlasan. Yang selanjutnya, wanita itu dipanggil Bu Yu oleh Fadli dan kawan-kawan. Beliau mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 4, 5, dan 6 SD. Bu Yu selalu mengajar dengan sangat semangat, ciri wanita muda yang berdedikasi. Beliau selalu menceritakan cerita-cerita yang luar biasa atau berceramah sebagai prolog pembuka sebuah pelajaran.

Kali ini ia berpidato mengenai kejujuran, kebaikan, dan kejahatan, yang di akhir beliau menyimpulkan sekaligus berpesan kepada murid-muridnya.

” Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan,” selanjutnya,”seberapapun seseorang pandai membungkus yang busuk ketahuan juga,” sahut Bu Yu dengan suara lantang.
Fadli bercucuran keringat, wajahnya pucat pasi, ia bak tersengat arus listrik dengan daya ratusan volt. Kata-kata Bu Yu begitu menghujam hatinya, menghujam perasaannya, membuat Fadli menjadi tak karuan. Fadli sejatinya takut, tetapi, ia tak mampu berbuat apa-apa, ia hanya pasrah, lantas bergumam, ” Biarlah waktu yang menjawabnya,” gumamannya dalam hati.

Beberapa saat kemudian Fadli memutuskan untuk izin meninggalkan ruangan. Ia ingin menenangkan dirinya sejenak. Fadli melangkahkan lunglai kakinya menuju kamar mandi, mencopot sepatunya, lalu berwudhu, dan menuju mushola melaksanakan sholat sunnah. Selesai sholat ia terus beristighfar , kemudian ia berdoa,

“ Ya Allah ampuni dosa hamba-Mu ini, aku melakukan ini sebatas ingin melindungi diri aku dari ledekan teman-teman, aku tak berniat memfitnah Ya Allah apalagi membunuh, Ya Allah apa yang aku lakukan memang busuk tapi tolong tutup rapat kebusukanku, aku malu ya Allah kalau sampai teman-teman tahu,” lanjutnya, “ Ya Allah aku tahu kebenaran hanya datang dari-Mu bukan dari siapapun, termasuk Bu Yu,” tambah Fadli dalam lirih doanya.

Cupid dan Panah Asmara

Hari itu hari jumat, semua orang mengenakan pakaian muslim. Seperti hari-hari sebelumnya, kelas masih ramai dengan gossip jadian-jadian tentang Andi, membuat Andi tak tahan dengan ledekan teman-temannya yang semakin menjadi. Dan akhirnya Andi memutuskan untuk mengambil sebuah tindakan. Tentu sebuah tindakan yang telah dipirkan anak perlente ini lama-lama.

Andi menulis sebuah surat berantai, pengirimannya berantai dari bangku ke bangku sampai ke bangku tujuan, kepada Elsa. Andi sudah pasrah, toh percuma, walaupun ia kirim secara diam-diam pasti akan diketahui semua juga. Isi suratnya singkat Andi hanya menulis, “ Aku tunggu pulang sekolah di perpustakaan, aku mau ngomong,” katanya singkat.

Matahari sangat terik mengawal jumat itu. Sepulang sekolah Andi bergegas menuju perpustakaan, ia tak ingin membuang waktu karena ini hari jumat, hari kaum Adam untuk berkumpul di mesjid. Andi memilih tempat paling pojok dibalik rak buku. Tak lama kemudian, Elsa pun datang seorang diri lantas duduk di depan Andi. Andi menatap Elsa dengan hangat, tatapannya sendu, syahdu, penuh perhatian, membuat hati Elsa tak karuan. Kini giliran bibir Andi memainkan pesonanya, ia tersenyum dengan senyuman yang sangat indah, membuai Elsa. Lantas Andi berbicara dengan sangat meyakinkan dan kemudian membaca sebuah puisi.

Kau selalu saja hadir di sini,
Di otakku
Di mimpiku 
Setiap saat, setiap waktu
            Kau selalu saja menggangguku
            Mengganggu langkahku
            Mengganggu hatiku
Kau pencuri
Pencuri hati
Kau sang putri
Elsa Rianti……
           
Kemudian Andi menutup dengan satu kalimat diplomatis.

“ Aku suka kamu Elsa, mungkin sukaku bertepuk sebelah tangan, namun tak apa, aku hanya ingin menyampaikannya, dan tak terlalu menginginkan jawaban kamu,” sahut Andi diplomatis.

Elsa diam sejenak, gurat merah kini telah merona di pipinya. Ia tak bisa berkata-kata mendapatkan perlakuan yang demikian dari Andi. Cupid nampaknya bekerja sangat baik hari ini, sehingga, panah asmara tepat menusuk hati Elsa. Elsa hanya mengangguk Anggun, kemudian melebarkan senyumnya, lantas berkata,

“ Aku juga suka kamu Andi, aku mau jadi pacar kamu,” jawab Elsa pelan.

Andi hanya tersenyum mendengar jawaban itu, iya tetap stay cool, kemudian menggenggam tangan Elsa, lantas meninggalkannya.

Hari-hari kini sepi, tak ada lagi ledekan tentang Andi karena teman cowok Andi tentu saja iri kepada Andi. Dan Fadli pun bersyukur karena ternyata Tuhan mendengarkan doa-doanya, agar menutupi busuknya.

2 komentar:

  1. Bismillah,,,

    kl saran menurut saya :
    1. pergantian waktunya terlalu cepat sehingga gk meninggalkan kesan kuat di hati pembaca iz

    2. ceritanya ok,, tp akhirnya malah membicarakan orang lain tanpa kembali kemasalah awal,, masalahnya jd kabur

    3. saya tau ini kisah cinta faiz fadli hhe.

    sip lanjutin iz,, semangat kita jd penulis hebat iz bareng2

    BalasHapus
  2. ini belum selesei bro lihat cerita selanjutnya....gw lgi sibuk ngurusin berkas kuliah dulu sekarangmah...

    BalasHapus