![]() |
http://mesopotamia.mrdonn.org/meso01.gif |
Dari Puncak Bagdad: Sejarah Dunia Versi Islam Karya Tamim Ansary (A Book Summary)
Seperti
telah kita ketahui bahwa peradaban pertama kali muncul di lembah sungai-sungai
besar. Lembah Sungai Huang Ho di China, Lembah Sungai Indus di India, dan
Lembah Sungai Nil di Afrika. Kemunculan peradaban di lembah-lembah sungai
berkaitan dengan kesuburan tanah yang ditawarkan oleh lembah-lembah sungai
tersebut, juga pola mata pencaharian masyarakat yang berubah dari meramu dan berburu
ke pertanian. Dan peradaban paling dinamis saat itu terjadi di daerah
Mesopotamia. Sebuah daerah sempit di antara sungai Tigris dan Eufrat.
Disebut
sebagai peradaban paling dinamis mengacu pada alasan bahwa di daerah ini
seringkali terjadi perebutan kekuasaan antara bangsa yang sedang menetap dan
bangsa pendatang yang lebih besar. Hal ini terjadi karena kondisi geografis
daerah Mesopotamia sangat terbuka, sehingga memudahkan terjadi kontak dengan
bangsa lain. Pola ini, kedinamisan, terus terjadi berulang kali dan terus
membentuk imperium yang lebih besar. Ibnu Khaldun, seorang sejarawan Muslim
abad 14, mengkodifikasi kedinamisan ini sebagai sebuah pola, yaitu: penaklukan,
konsolidasi, ekspansi, degenerasi, penaklukan, dan seterusnya.
Pada
5.500 ratus tahun yang lalu, di sepanjang Sungai Eufrat berkembanglah peradaban
Sumeria. Di peradaban ini ditemukanlah aksara, roda, gerobak, dan sistem
bilangan. Sumeria kemudian ditaklukan oleh bangsa lain yang lebih besar, yaitu,
Bangsa Akkadian. Bangsa Akkadian ditaklukan oleh bangsa lain, yaitu, Guttian.
Kemudian Kassit, Hurian, Amori: merupakan bangsa-bangsa yang secara bergantian
menguasai daerah ini.
Bangsa
Amori, yang sebenarnya telah berhasil mendirikan peradaban yang lebih maju yang
dibuktikan dengan adanya Kota Babel, pun kemudian digantikan oleh bangsa lain,
yaitu Bangsa Asyur yang dikenal sebagai sebuah bangsa Tiran. Prinsip yang
digunakan oleh bangsa Asyur terhadap populasi yang menetap sebelumnya adalah
mencerabut seluruh populasi dan memindahkannya ke tempat lain. Bagi bangsa
Asyur hal ini akan menyebabkan mereka bingung sehingga tidak akan mampu
melakukan pemberontakan. Akan tetapi, prinsip tersebut ternyata salah, Bangsa
Asyur kemudian dikalahkan oleh Bangsa Kasdim yang merupakan salah satu bangsa
yang pernah mereka tundukan.
Bangsa
Kasdim kemudian membangun kembali Kota Babel dan juga membangun peradaban intelektual.
Dalam sejarah tercatat bahwa mereka merupakan pencetus banyak hal dalam ilmu
astronomi, kedokteran, dan matematika. Selain itu, bangsa ini pula tercatat
sebagai bangsa perencana dan arsitek kota yang luar biasa, yang dibuktikan
dengan salah satu karya luar biasanya, yaitu Taman Gantung Babel.
Beberapa
waktu kemudian, ketika Bangsa Kasdim dipimpin oleh Balshazzar, serangan secara
tiba-tiba dilancarkan oleh aliansi Persia dan Mendes. Aliansi inilah yang
kemudian membangun Kekaisaran Persia. Kehadiran Kekaisaran Persia menandai
berakhirnya pola: penaklukan, konsolidasi, ekspansi, degenerasi, penaklukan,
dan seterusnya. Atau setidaknya membuat tersebut vakum untuk beberapa lama.
Selain itu, Kekaisaran Persia juga mampu menggabungkan Peradaban Mesir ke dalam
wilayah kekuasaan mereka. Kunci kemenangan besar atau ekspansi besar kekaisaran
ini adalah: tidak lagi menggunakan prinsip Bangsa Asyur dan terbangunnya
komunikasi yang baik antara kekaisaran dengan rakyat atau siapapun di
wilayahnya.
Pada
suatu masa, Masa Kekaisaran Darius, Kekaisaran Persia berniat untuk menghukum
orang Yunani. Penghukuman terjadi karena orang Yunani enggan mengonfirmasi
bahwa mereka adalah rakyat dari Kekaisaran Persia. Raja Darius pun kemudian
merencanakan suatu penyerangan yang menyebabkan kekalahan di kubu Persia karena
kehabisan bekal. Satu generasi kemudian, Kaisar Xerxes yang merupakan putra
dari Darius melakukan balas dendam dan mengulang kekalahan. Seratus lima puluh
tahun kemudian, drama peperangan dan saling serang ini kemudian memunculkan
nama Aleksander yang Agung. Aleksander yang menguasai Persia sekaligus
menegaskan bahwa Peradaban Mediterania saat itu masuk ke dalam peradaban
Mesopotamia, atau Dunia Tengah.
Persia
pun kemudian ditaklukan oleh bangsa besar lain, yaitu bangsa Parthia, bangsa
yang terdiri dari pejuang-pejuang hebat. Bangsa inilah yang dalam sejarah
tercatat sebagai bangsa yang pertama kali melibatkan cataphract- kesatria kuda berbaju zirah. Selain itu, yang juga
terkenal dari bangsa ini adalah strategi perang Parthian shot. Pada masa kejayaannya, Parthia melindungi serta
memajukan perdagangan, dan kafilah dagang bebas memasuki wilayah mereka. Oleh
karena menerapkan perdagangan yang ‘bebas’, ibu kota Parthia dikenal sebagai Hecatompylos atau seratus gerbang. Akan
tetapi, pada masanya pula, Parthia cenderung membuat jarak dengan Roma,
sehingga Mediterania dan Mesopotamia (Dunia Tengah) kembali terpisah.
Kejayaan
Parthia pun pada akhirnya berakhir, kekuasaan digulingkan oleh pemberontak
provinsial yang kemudian mendirikan Dinasti Sassania. Hal yang menyebabkan ini
terjadi adalah sistem feudal yang digunakan oleh Parthia yang menggiringnya
menuju feodalisme terfragmentasi. Belajar dari pengalaman Bangsa Parthia,
Bangsa Sassania tidak membelokkan arah perubahan budaya, mereka hanya mengatur
pemerintahan agar berjalan lebih efektif dan menghidupkan kembali konstruksi
fisik dan budaya gaya Persia. Kejayaan Persia seolah dapat dilihat kembali di
masa kejayaan Bangsa Sassania. Salah satu rajanya yang paling terkenal adalah
Khusrow Anushirwan yang dikenang sebagai arketipe atau raja yang adil.
Ketika
Dinasti Sassania mengalami kemajuan, di belahan dunia lain, kekaisaran Romawi
mulai hancur berantakan. Hal ini ditandai dengan terbaginya kekaisaran menjadi
dua bagian, yaitu Romawi Barat dan Romawi Timur yang kemudian dikenal dengan
Byzantium. Terbelahnya Romawi menjadi dua adalah akibat keputusan kaisar
Diokletanius yang membagi Romawi ke dalam empat bagian untuk tujuan
administratif. Hal tersebut, didukung juga oleh keadaan: Romawi Timur kaya akan
sumber daya alam, sedangkan, Romawi Barat tidak. Masa inilah yang kemudian,
disebut sebagai masa kegelapan di Dunia Barat.
Bizantium
kemudian menjadi kekuatan baru, dan kekuasaan tunggal di daerah mediterania.
Pada pertengahan abad keenam Bizantium mampu menguasai sebagian besar asia
kecil dan Eropa Timur. Sehingga kemudian berbatasan langsung dengan Dinasti
Sassania Persia yang mengusai daerah Mesopotamia. Dibalik bayangan dua
kekuasaan itulah, di pertengahan abad keenam, islam kemudian hadir-ditandai
dengan lahirnya Muhammad- di Jazirah Arab, di sebelah selatan wilayah dua kekuasaan
tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus